200 Kasus Cacar Monyet Terdeteksi di Lebih dari 20 Negara

Ilustrasi Cacar Monyet - Net

200 Kasus Cacar Monyet Terdeteksi di Lebih dari 20 Negara

JENEWA - Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO) mengatakan bahwa sudah ada 200 kasus terkonfirmasi dan 100 kasus suspek cacar monyet atau monkeypox.

Hal ini disampaikan oleh epidemiolog penyakit infeksi yang juga menjabat sebagai WHO Health Emergencies Programme, Maria Van Kerkhove.

Maria juga memprediksi ada lebih banyak kasus monkeypox dari angka tersebut.

"Kami menduga ada lebih banyak kasus terdeteksi. Maka dari itu, kami meminta negara-negara meningkatkan pengawasan," kata Maria saat sesi live tanya jawab yang disiarkan di YouTube WHO, belum lama ini.

Ia juga mengatakan bahwa meski cacar monyet penyakit menular tapi bisa dikendalikan.

"Meski sulit tetapi ini situasi yang dapat dikendalikan oleh negara-negara non endemik cacar monyet," kata Maria.

Dalam beberapa pekan terakhir di bulan Mei 2022 telah terjadi penyebaran cacar monyet ke manusia di luar negara-negara endemik penyakit tersebut.

Padahal selama empat dekade terakhir kasus tersebut amat rendah pada manusia.

Inggris, Prancis, Italia, Portugal, Slovenia, dan beberapa negara Eropa lainnya melaporkan kasus tersebut. Disusul Australia dan Amerika Serikat juga melaporkan ada warganya terinfeksi cacar monyet.

Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky mengatakan pada hari Kamis beberapa pasien di AS belum melakukan perjalanan ke negara-negara endemik.

Hal ini menunjukkan bahwa virus itu menyebar di dalam negeri. Walensky mengatakan CDC sedang melakukan pelacakan kontak dan mencoba memutuskan rantai penularan di AS.

Pejabat kesehatan di Eropa, Inggris, dan AS mengatakan mayoritas pasien adalah pria gay atau biseksual, dengan virus menyebar dalam banyak kasus melalui hubungan seks.

Namun, para pejabat menekankan bahwa cacar monyet dapat menyebar ke siapa saja melalui kontak fisik yang dekat tanpa memandang orientasi seksual.

WHO dalam rilis 25 Mei 2022 memberikan pesan kepada mereka dengan orientasi seksual sesama jenis maupun biseksual berjudul "Monkeypox: public health advice for gay, bisexual and other men who have sex with men"

Dalam rilis tersebut, WHO mengatakan beberapa kasus cacar monyet teridentifikasi di klinik kesehatan seksual yang melayani komunitas gay dan biseksual.

Meski begitu, WHO juga menekankan bahwa cacar monyet bisa menular pada semua orang yang memiliki kontak dekat dengan orang yang terinfeksi virus tersebut.

"Meski begitu, mengingat virus ini pada sebagian kasus teridentifikasi di komunitas ini (gay dan biseksual) maka mempelajari tentang cacar monyet akan membantu mencegah penularan penyakit ini lebih lanjut dan wabah bisa dihentikan," kata WHO.

Maka dalam rilis tersebut, WHO menjelaskan mengenai gejala bila terpapar cacar monyet. Dengan jelas WHO menuliskan bahwa penularan bisa terjadi lewat kontak fisik termasuk aktivitas seksual.

"Cacar monyet dapat menular lewat kontak kulit dengan kulit yang dekat saat berhubungan seks, termasuk berciuman, bersentuhan, seks oral dan penetrasi pada seseorang yang memiliki gejala," kata WHO.

"Hindari melakukan kotak dekat dengan siapa pun yang memiliki gejala mengarah ke cacar monyet," jelas WHO lagi.

Ditekankan lagi di bagian bawah bahwa menstigmatisasi seseorang karena penyakit bukanlah hal baik. Siapapun bisa tertular atau menularkan cacar monyet, terlepas dari orientasi seksualitas mereka.

"Menstigmatisasi sekelompok orang karena suatu penyakit tidak pernah dapat diterima. Ini dapat menjadi penghalang untuk mengakhiri wabah karena dapat mencegah orang mencari perawatan, dan menyebabkan penyebaran yang tidak terdeteksi," kata WHO di kesempatan sebelumnya.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan hingga kini belum ada kasus cacar monyet terdeteksi di RI. Meski begitu kewaspadaan terhadap penyakit ini ditingkatkan.

Lalu, ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan, dari sisi surveilans dan infrastruktur seharusnya Indonesia memang sudah lebih siap dibanding saat melawan COVID-19 yang penularannya lebih cepat.

“Tapi itu juga akan bergantung kepada respons, karena bicara siap itu tetap kemampuan surveilans, tenaga tracing, sistemnya, termasuk ada enggak vaksinnya? Karena vaksin yang relatif aman dan dianjurkan itu yang terkini, Nordic, yang relatif terbatas aksesnya.”

“Jadi kalau saya lihat, fifty fifty lah kesiapannya karena ini bicara juga suatu respons untuk menghadapi penyakit dengan masa inkubasi panjang, kemampuan deteksi dini, tracing, dan literasi menjadi sangat penting,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Jumat (27/5/2022).

Menurut Dicky potensi masuknya cacar monyet ke Indonesia jelas ada.

“Potensi penyebaran cacar monyet atau monkeypox ini jelas ada, jelas bisa masuk ke wilayah Indonesia. Karena, era global saat ini memungkinkan manusia untuk terbang dari satu negara ke negara lain dengan cepat,” ujar Dicky.

Ia menambahkan, situasi pelonggaran saat ini juga menjadi waktu yang rawan untuk virus seperti penyebab cacar monyet masuk ke berbagai negara termasuk Indonesia.BI1 - Net

iconk
Sekwan
SERTIFIKAT
efek

Widget