Serangan Virus Flu Babi di Pulpis Mulai Berkurang

Ilustrasi

Serangan Virus Flu Babi di Pulpis Mulai Berkurang

PULANG PISAU – Serangan virus African Swine Fever (ASF) di Pulang Pisau, yang sebelumnya menewaskan 590 ekor ternak babi di Kecamatan Kahayan Tengah dan Banama Tingang, kini telah melandai. Tidak ada lagi ditemukan ternak babi warga yang mati mendadak.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distan) Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis) Slamet Untung Rianto melalui Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatatan Hewan, Ibrahim, Rabu (27/10/2021) mengatakan, kondisi ternak warga di dua kecamatan itu, kini telah berangsur pulih dan tidak ada lagi penambahan kasus baru.

Dalam waktu dekat pihaknya bersama Tim Distan Pulpis akan melakukan kunjungan ke dua kecamatan yang terdampak musibah Virus ASF, dan akan melakukan penyemprotan disinfektan serta pemberian obat kepada ternak.  "Untuk virus ASF ini bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis), dan tidak berbahaya bagi manusia dan virus ini hanya menular dari babi ke babi saja," ujar Ibrahim.

Asal mula munculnya wabah ASF di Kabupaten Pulpis, kata Ibrahim, berawal dari pengepul yang membeli ternak babi dari luar yang tidak disertakan dengan keterangan kesehatan hewan. Sementara ternak babi yang baru dibeli oleh pengepul itu, dicampur dengan ternak babi lokal yang sudah ada, dan menyebabkan seluruh ternak babi tertular virus.

Total kematian babi secara mendadak akibat virus ASF di Kecamatan Kahayan Tengah dengan kasus merata di 14 desa dan terbanyak di Desa Tuwung dengan total 245 ekor babi mati mendadak, diikuti desa lainnya di Kecamatan Kahayan Tengah, sehingga secara keseluruhan kematian sebanyak 503 ekor babi.  Di Kecamatan Banama Tingang pada 14 desa sebanyak 87 ekor babi, sehingga total keseluruhan di dua Kecamatan menjadi 590 ekor babi.

Bentuk akut ASF, kata Ibrahim, ditandai dengan demam tinggi, depresi, anoreksia dan kehilangan nafsu makan, perdarahan di kulit (kemerahan pada kulit di telinga, perut dan tungkai), aborsi pada babi betina bunting, sianosis, muntah, diare dan kematian dalam waktu 6-13 hari (atau hingga 20 hari). Tingkat kematian bisa mencapai 100%. PP1

 

Kurun
SERTIFIKAT
Smsi

Widget