Badan Meteorologi Dunia Peringatkan Peningkatan Risiko Kematian Akibat Gelombang Panas
JENEWA - Badan Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan peningkatan risiko kematian di saat gelombang panas dan cuaca ekstrem melanda berbagai bagian dunia, dari Eropa dan Asia hingga Timur Tengah dan Amerika Serikat.
WMO pada Selasa, (18/7/2023) memperingatkan risiko cuaca ekstrem, meningkatnya kasus serangan jantung dan kematian, terutama dengan suhu minimum pada malam hari diperkirakan akan mencapai ketinggian baru.
Gelombang Panas Landa Eropa Selatan, Kemenkes Italia Imbau Warga Minum 1,5 Liter Air Sehari
John Nairn, pakar panas ekstrem di WMO menjelaskan, "Suhu minimum lebih penting untuk kesehatan dan kegagalan infrastruktur penting yang mendukung orang-orang ini selama gelombang panas ekstrem. Jadi, suhu malam yang tinggi berulang kali sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena tubuh tidak bisa pulih dari panas yang berkelanjutan."
Dilansir dari VOA Indonesia, dengan suhu mendekati atau mencapai 40 derajat Celcius di beberapa wilayah Balkan, turis dan penduduk melakukan yang terbaik untuk tetap terhidrasi. Mereka memadati pantai dan danau di wilayah itu atau air mancur.
Panas Ekstrem Kian Intensif di Seluruh Barat Daya AS, Suhu Capai 47 Celcius
Pusat koordinasi tanggap darurat Uni Eropa, Selasa, merilis peringatan merah untuk suhu tinggi di sebagian besar Italia, Spanyol timur laut, Kroasia, Serbia, Bosnia dan Herzegovina selatan, dan Montenegro.
Pengungsi Ukraina di Slovenia, Maryna, membeberkan caranya mengatasi suhu panas. "Pagi dan sore saya berjalan-jalan di taman di pinggir sungai. Saya memilih pakaian yang ringan dan banyak minum. Dari pukul 11 sampai 18, saya berada di dalam ruang ber-AC."
Diperkirakan 61.000 orang meninggal terkait gelombang panas tahun lalu di Eropa saja. Musim panas ini, rekor suhu terpanas diperkirakan akan tercatat di Italia pada Selasa.
Di Tepi Barat, Palestina, Selasa, warga melompat ke air yang mengalir dari mata air alami untuk menyejukkan diri dari suhu yang hampir 40 derajat Celcius di sekitar kota Jericho yang diduduki Israel.
Salah seorang dari mereka, Jihad Abuhamda, mengungkapkan, "Kami di sini untuk berenang karena cuaca panas, mendekati 50 derajat Celcius. Kami di sini untuk menikmati karena ini adalah hari libur kami."
Di bagian lain Palestina, Jalur Gaza, suhu lebih dari 38 derajat Celcius memperburuk kekurangan listrik dan menambah rasa frustrasi di kalangan penduduk terhadap kelompok Hamas yang berkuasa. Hamas, yang menguasai wilayah itu sejak 2007, menyalahkan blokade Israel selama 16 tahun atas hancurnya ekonomi Gaza dan merongrong pembangunan, termasuk jaringan listrik.
Lebih dari 2,3 juta orang di Gaza mengalami pemadaman listrik hingga 12 jam sehari. Daerah itu membutuhkan sekitar 500 megawatt listrik per hari pada musim panas, menurut pejabat setempat. Gaza menerima 120 megawatt dari Israel, sedangkan satu-satunya pembangkit listrik di sana memasok 60 megawatt lagi.
WMO, pada Senin, (17/7/2023) memperkirakan bahwa gelombang panas di sekitar Laut Tengah akan meningkat pada pertengahan minggu dan kemungkinan berlanjut hingga Agustus di beberapa tempat.
Di Tokyo, badan meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan sementara suhu mencapai 37 derajat Celcius. Sengatan panas bisa menjadi keprihatinan karena banyak orang usia lanjut di Jepang cenderung menolak penyejuk ruangan atau AC. Pasalnya, mereka terbiasa hidup tanpa AC, selain untuk menghindari biaya listrik yang tinggi.
Nagisawa Yasumizu, seorang dokter yang sedang berjalan di luar dan membawa payung untuk melindungi dari, mengungkapkan, "Rasanya seperti berada di dalam sauna. Saya sulit bernapas."
Selain gelombang panas dan rekor suhu 52 derajat Celcius di bagian barat laut, China, Selasa, juga dilanda Topan Talim. Ini topan pertama yang mendarat tahun ini, melintasi provinsi selatan.
Kondisi itu menambah urgensi pembicaraan antara Amerika dan China, pencemar gas rumah kaca terbesar di dunia. Utusan iklim Amerika, John Kerry, bertemu pejabat China di Beijing. Ia berharap, kerja sama iklim bisa menata ulang hubungan yang bermasalah antara kedua negara.
Di Amerika, suhu di Phoenix, Arizona, Senin, mencapai 45,5 derajat Celcius. Diperkirakan suhu tinggi berlanjut setidaknya seminggu lagi. Tahun lalu, 425 orang tewas terkait suhu ekstrem di Maricopa County di daerah Phoenix.
Organisasi amal internasional Salvation Army kota itu membuka 11 pusat pendingin dan mengirim unit mobil untuk membantu tunawisma yang kesulitan mencapai pusat-pusat itu. Unit mobil juga membagikan air dingin, topi, tabir surya, dan perlengkapan kebersihan kepada yang membutuhkan.
Di Death Valley, California, suhu naik hingga 53 derajat Celcius.
Suhu panas ini antara lain didorong perubahan iklim jangka panjang akibat ulah manusia dari pembakaran batu bara, minyak dan gas dan pola cuaca yang terjadi secara alami, El Nino. Ini semakin menambah suhu udara yang sudah meningkat.BI1 - Net
Wah, Artis Hana Hanifah dan Pengusaha A Sudah Sama-sama Bugil Saat Digerebek
Petinju Kalteng Eiger Lamandau Kembali Naik Ring 2 April
Nah, Bupati Kotim Supian Hadi Dipanggil KPK Sebagai Tersangka Kasus Tambang
Kisah Berto, Petani Muda dari Pendahara
Berhasil Juarai WBC, Eyger Lamandau Disambut Bak Pahlawan oleh Kapolda Kalteng
Denda Rp250 Ribu Menanti Warga Kalteng yang Tak Pakai Masker, Pergub Sudah Terbit
Pertengkaran di Ujung Malam Berakhir Kematian Tragis, Suami Gantung Diri Setelah Bunuh Istri
Pasien COVID-19 Membeludak, Ruang Perawatan Penuh, Pemko Palangka Raya Cari Tempat Penampungan Baru
Minuman Tradisional Kalteng Baram dan Arak Akan Dilegalkan
Jalan Provinsi Ruas Palangka Raya - Kurun Rusak, Ini Saran DPRD Gumas