Karaoke Terlalu Nyaring, Sejumlah Orang Ditusuk di Vietnam
HANOI - Karaoke menjadi hiburan tersendiri bagi beberapa orang, tetapi hati-hati jika melakukannya di Vietnam. Kalian bisa dimusuhi banyak orang bahkan didenda sampai ratusan juta rupiah. Laporan dari South China Morning Post (SCMP) mengungkapkan, karaokean keras-keras di Vietnam sudah menjadi "wabah" dan orang-orang mulai jengah.
Nguyen Minh Ging (33), seorang warga di Ho Chi Minh City, menceritakan bagaimana para tetangganya benar-benar terganggu oleh suara lantang karaoke. "Saat orang-orang bernyanyi di seberang sungai pada malam hari, orang-orang di gedung apartemen di sini mengeluh," kata karyawan perusahaan alas kaki itu.
Karaoke di sekitar lingkungannya sangat sering sampai dia hapal lagu dan genre musik favorit tetangganya. Karaokeannya berlangsung dari siang sekitar pukul 14.30 sampai malam jam 18.00 waktu setempat. Itu pun saat hari kerja, dan kalau akhir pekan bisa lebih lama. Minh Ging sudah mengalaminya selama dua tahun. "Sering waktu mereka karaoke, musiknya sangat keras, saya sulit berbicara dengan orang-orang di rumah dan istirahat," curhatnya.
Saking jengahnya dengan suara karaoke yang sangat keras, ada kasus seorang pria di kota Hue yang menikam tetangganya karena bernyanyi lantang. Kejadiannya pada Oktober 2019. Penikaman itu dilakukan pelaku bersama dua temannya, karena permintaan mengecilkan volume tidak digubris si tetangga.
Penusukan lain juga terjadi di provinsi Ben Tre, bulan Maret di tahun yang sama. Kemudian yang terbaru, November tahun lalu ada seorang pria yang ditangkap di Hanoi karena karaokean sangat keras sampai dilaporkan tetangganya ke polisi. Namun, alih-alih mendapat cemoohan, pria itu justu dibanjiri simpati oleh netizen.
Di Vietnam tempat karaokean dengan tarif per jam bertebaran di mana-mana, bahkan ada penjaja karaoke keliling yang biasanya mangkal di kafe bir terbuka. Di rumah-rumah, juga banyak pesta keluarga yang dilanjutkan karaoke bersama. Saat ini ada dua aturan yang mengatur kebisingan.
Pertama dikeluarkan pada 2013, yang mendenda pelanggar mulai dari 100.000-300.000 dong (Rp 62.000-186.000). Namun para kritikus mengatakan, denda itu terlalu kecil dan jarang ditegakkan. Aturan kedua mulai diterapkan tiga tahun kemudian, yang mendenda pelanggar berdasarkan tingkat desibelnya. Denda bisa sampai 160 juta dong (Rp 100 juta).
Namun, Nguyen Cong Thanh kepala fakultas studi lingkungan, perubahan iklim, dan perkotaan di Economics University Hanoi berpendapat, aturan itu bakal sulit ditegakkan juga. Alasannya adalah kurangnya alat untuk mengukur tingkat kebisingan. Selain itu, suara karaoke keras di permukiman sering terjadi secara acak, sehingga sulit dipantau.
Menimbang persoalan teknis, Thanh menyarankan peraturan pertama yang dipakai karena lebih praktis, tetapi jumlah dendanya ditambah. Polisi, menurutnya, juga harus dilatih tentang bagaimana menanggai aduan masyarakat tentang karaoke tetangganya, dan warga juga harus diberi sosialisasi langkah-langkah untuk mengajukan laporan. "Dalam jangka panjang, saya merekomendasikan undang-undang terpisah tentang manajemen kebisingan harus dibuat," katanya dengan mencontohkan aturan di China, India, dan Jepang. BI1
Wah, Artis Hana Hanifah dan Pengusaha A Sudah Sama-sama Bugil Saat Digerebek
Petinju Kalteng Eiger Lamandau Kembali Naik Ring 2 April
Nah, Bupati Kotim Supian Hadi Dipanggil KPK Sebagai Tersangka Kasus Tambang
Kisah Berto, Petani Muda dari Pendahara
Berhasil Juarai WBC, Eyger Lamandau Disambut Bak Pahlawan oleh Kapolda Kalteng
Denda Rp250 Ribu Menanti Warga Kalteng yang Tak Pakai Masker, Pergub Sudah Terbit
Pertengkaran di Ujung Malam Berakhir Kematian Tragis, Suami Gantung Diri Setelah Bunuh Istri
Pasien COVID-19 Membeludak, Ruang Perawatan Penuh, Pemko Palangka Raya Cari Tempat Penampungan Baru
Minuman Tradisional Kalteng Baram dan Arak Akan Dilegalkan
Jalan Provinsi Ruas Palangka Raya - Kurun Rusak, Ini Saran DPRD Gumas