Cuaca Panas Ekstrem, Masyarakat India Terancam Makin Melarat

Cuaca Panas di India - Net

Cuaca Panas Ekstrem, Masyarakat India Terancam Makin Melarat

NEW DELHI - Cuaca panas ekstrem mematikan yang dipicu oleh perubahan iklim ternyata berdampak besar pada berbagai sektor kehidupan di India.

Menurut studi terbaru, gelombang panas mengancam pembangunan dan berisiko memperlambat upaya India untuk mengentaskan kemiskinan, masalah kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi.

Peneliti dari University of Cambridge dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Climate, menyebut gelombang panas di India menyebabkan pemadaman listrik, peningkatan debu dan polusi udara, serta percepatan pencairan gletser di utara India.

Studi itu juga mengungkap, ada lebih dari 24 ribu orang tewas akibat gelombang panas di India sejak tahun 1992. Diperkirakan dampaknya akan semakin parah karena gelombang panas yang semakin sering, intens, dan mematikan akibat krisis iklim.

"India saat ini menghadapi bahaya iklim kumulatif. Proyeksi jangka panjang menunjukkan, gelombang panas India dapat melewati batas kelangsungan hidup manusia pada tahun 2050," kata para peneliti dalam studi tersebut, seperti dikutip CNN.

Studi University of Cambridge juga menunjukkan, jutaan orang lain di India juga rentan terhadap perubahan iklim, daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Tahun lalu, India mengalami gelombang panas yang membakar, di mana suhu udara di sebagian besar negara bagian mencapai lebih dari 49 derajat Celsius.

Pada April 2022, cuaca di India berada pada titik terpanas dalam 122 tahun. Negara di Asia Selatan itu juga mengalami cuaca ekstrem dalam 242 dari 273 hari, antara Januari hingga Oktober 2022.

Sementara Departemen Meteorologi India mengabarkan untuk tahun 2023 ini, 48 stasiun cuacanya mencatat suhu lebih dari 42 derajat Celsius, dengan yang tertinggi yaitu 44,2 derajat Celsius di negara bagian timur Odisha.

India juga akan mengalami bonus demografi. Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa, India akan segera mengalahkan China sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia mencapai 1,43 miliar orang beberapa pekan mendatang.

Para peneliti menyebut panas ekstrem akan menimbulkan ancaman bagi keamanan energi dan kesehatan masyarakat, serta menghambat kemajuan dalam hal ketidaksetaraan dan pengentasan kemiskinan.BI1 - Net

Karang
SERTIFIKAT
Smsi

Widget