COVID-19 Meledak, RS di Jalur Gaza Nyaris Angkat Tangan

Jalur Gaza, Palestina

COVID-19 Meledak, RS di Jalur Gaza Nyaris Angkat Tangan

JAKARTA - Seluruh rumah sakit di Jalur Gaza, Palestina, nyaris tidak sanggup menampung pasien infeksi virus corona (COVID-19) yang terus meningkat.  Dilansir Middle East Eye, Senin (23/11/2020), jika kondisi itu terus terjadi, maka seluruh rumah sakit di Jalur Gaza akan kehabisan tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU), merawat untuk pasien yang kritis.

 

"Dalam sepuluh hari kami kemungkinan tidak akan mampu lagi menangani lonjakan pasien virus corona dan juga unit perawatan intensif akan penuh," kata seorang pakar mikrobiologi yang tergabung dalam satuan tugas virus corona Jalur Gaza, Abdulrauf Elmanama.

 

Dia mengatakan, bukan tidak mungkin tingkat kematian pasien COVID-19 di Jalur Gaza yang kini mencapai 0.05 persen juga akan meningkat. Penduduk di kawasan Jalur Gaza adalah salah satu yang terpadat di dunia. Mereka juga mengalami krisis ekonomi dan energi akibat blokade yang diterapkan oleh Israel dan Mesir.

 

Saat ini dilaporkan tercatat ada 15 ribu kasus dan 65 orang meninggal akibat Covid-19 di Jalur Gaza. Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jalur Gaza, Abdulnaser Soboh, mengatakan menurut rata-rata ada satu dari lima penduduk setempat positif Covid-19. Kebanyakan dari mereka yang terinfeksi juga berusia lanjut atau di atas 60 tahun.

 

"Ini indikator yang sangat berbahaya karena sebagian besar dari mereka harus dirawat. Dalam jangka waktu sepekan, kami kemungkinan akan kewalahan menangani pasien virus corona," kata Soboh. Pada Sabtu (21/11/2020) pekan lalu, kantor kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) di Jalur Gaza mencatat ada penambahan 891 kasus infeksi baru.

 

Pada 15 November lalu, aparat setempat menerapkan pembatasan wilayah, termasuk melarang pergerakan penduduk dari dan ke wilayah zona merah. Mereka juga mewajibkan seluruh tempat usaha tutup pukul 17.00 waktu setempat, dan melarang kunjungan penduduk ke satu lokasi lebih dari 15 orang.

 

Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Israel, Izhar Shay, mengatakan pemerintah Negeri Zionis akan memberi bantuan kemanusiaan kepada Jalur Gaza, tetapi tidak akan mencabut blokade supaya kelompok Hamas tidak bisa memperoleh senjata. BI1

SERTIFIKAT
Smsi

Widget