Jokowi Ingatkan Kondisi Dunia Saat Ini Mengerikan

Presiden Republik Indonesia - Joko Widodo

Jokowi Ingatkan Kondisi Dunia Saat Ini Mengerikan

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan jika dunia saat ini dalam kondisi yang mengerikan karena pertumbuhan ekonomi yang melemah.

Dimana, inflasi meningkat sehingga membuat harga sejumlah komoditas naik.

Ini disampaikan kepala negara saat membuka Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022 di Sentul, Jawa Barat, Jumat (5/8).

"Pertumbuhan ekonomi turun tapi inflasi naik, harga-harga barang semua naik. Ini kondisi yang sangat boleh saya sampaikan dunia pada kondisi yang mengerikan," kata Jokowi melansir Antara.

Jokowi mengungkapkan jika IMF dan Bank Dunia mencatat akan ada 66 negara yang ambruk ekonominya akibat dampak perang dan krisis pangan.

Dari 66 negara tersebut, Kepala Negara menyampaikan bahwa sembilan negara secara bertahap telah berada dalam kondisi perekonomian yang sulit, kemudian disusul 25 negara, dan 42 negara.

Dia juga menekankan saat ini ada 320 juta orang di dunia yang menderita kelaparan akut dan sebagian besar kelaparan karena perekonomian tidak hanya turun, tetapi juga anjlok.

Negara-negara seperti Singapura, kawasan Eropa, Australia hingga Amerika Serikat, tidak terhindarkan mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi.

Apalagi tingginya harga minyak dunia juga menyumbang tingginya inflasi yang merembet pada harga komoditas pangan dan lainnya.

"Amerika yang biasa kenaikan barang atau inflasi 1 persen, hari ini di posisi 9,1 persen, bensin naik dua kali lipat, Eropa juga sama," kata Presiden Jokowi.

Pemerintah Indonesia juga sudah menaikkan harga Pertalite menjadi Rp 7.650 per liter atau 10 persen dari harga sebelumnya.

Padahal, dengan kondisi melonjaknya harga minyak dunia, seharusnya harga Pertalite dipatok hingga Rp17.100 per liter.

Oleh karena itu, Pemerintah masih mengalokasikan anggaran hingga Rp502 triliun untuk subsidi BBM.

"Naik 10 persen saja demonya saya ingat tiga bulan, kalau naik sampai 100 persen lebih demonya akan berapa bulan. Inilah yang sekarang dikendalikan pemerintah dengan subsidi. Karena begitu harga bensin naik, harga barang otomatis melompat bersama-sama," kata Presiden Jokowi.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan, harga BBM di sejumlah negara mengalami kenaikan seperti, Amerika dan Eropa. Sementara di Indonesia, harga BBM Pertalite masih berada di Rp7.650 per liter.

Namun, dia tak bisa membayangkan apabila nantinya harga Pertalite dikembalikan menjadi Rp17.100 per liter. Dia meyakini kenaikan harga BBM di Indonesia nantinya akan memicu demonstrasi.

"Coba di negara kita, bayangkan pertalite naik dari Rp7.650 harga sekarang kemudian jadi harga yang bener Rp17.100, demonya berapa bulan.

Naik 10 persen saja demonya saya ingat, demonya 3 bulan, kalau naik sampai 100 persen lebih demonya akan berapa bulan," ujar Jokowi saat menghadiri Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) di Sentul Bogor Jawa Barat.

Untuk itu, kata dia, saat ini pemerintah sedang berupaya mengendalikan agar harga BBM di Indonesia dengan memberikan subsidi. Pasalnya, kenaikan harga bensin akan membuat harga barang-barang lain menjadi melonjak.

"Inilah yang sekarang dikendalikan pemerintah dengan apa? Dengan subsidi, karena begitu harga bensin naik, harga barang otomatis melompat bersama-sama," katanya.

Sebelumnya, Pertamina menyampaikan bahwa harga bensin di negara lain mencapai Rp31.000 sampai Rp32.000 per liter. Sedangkan, harga Pertalite di Indonesia Rp7.650 per liter.

"Kita patut bersyukur, Alhamdulilah kalau bensin di negara lain harganya sudah Rp31.000, Rp32.000. Di Indonesia Pertalilte masih harganya Rp7.650," ucap Jokowi dalam acara Zikir dan Doa Kebangsaan di halaman Istana Merdeka Jakarta, Senin 1 Agustus 2022.

Jokowi menyampaikan besaran subsidi yang dikeluarkan pemerintah Indonesia terhadap BBM mencapai Rp502 triliun. Menurut dia, tak ada negara lain yang sanggup memberikan subsidi dengan jumlah sebesar itu.

"Pemerintah mengeluarkan anggaran subsidi yang tidak kecil, Rp502 triliun yang tidak ada negara berani memberikan subsidi sebesar yang dilakukan Indonesia," tutur Jokowi.

Ia menuturkan bahwa dunia saat ini sedang dalam kondisi yang tak baik-baik saja. Setelah dihantam pandemi Covid-19 hampir 2,5 tahun, dunia kini dihadapi dengan munculnya perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan krisis.

Menurut dia, negara-negara di Asia, Afrika, dan Eropa yang menjadikan gandum sebagai makanan harian, saat ini berada dalam posisi yang sulit. Pasalnya, 77 juta ton gandum dari Ukraina tidak bisa keluar atau di ekspor akibat perang.

Selain itu, kata Jokowi, 130 juta ton gandum dari Rusia juga tak bisa diekspor karena perang. Kondisi ini membuat 333 juta orang di dunia mengalami kelaparan.

"Alhamdulilah beras di Australia masih bisa kita cari dan tidak naik. Ini patut kita syukuri berkat kerja keras bapak dan ibu, berkat ikhitar gotong royong kita bersama-sama," pungkas Jokowi.

Disamping itu, dia mengungkapkan bahwa dunia juga dihadapi oleh krisis energi. Kondisi ini membuat harga gas naik hingga lima kali lipat dan bensin naik dua kali lipat.

"Beberapa negara yang tidak kuat, ambruk karena sudah tidak memiliki uang cash baik untuk membeli energi bensin dan gas atau membeli pangan," ucap Jokowi.BI1 - Net

SERTIFIKAT
Smsi

Widget