Orang RI Susah Makan Tahu dan Tempe, Gara-Gara Babi di China

Peternakan babi di China - Net

Orang RI Susah Makan Tahu dan Tempe, Gara-Gara Babi di China

JAKARTA - Permintaan kedelai dari China membuat banyak negara lain terkena imbasnya, termasuk Indonesia. 

China diketahui memesan banyak stok kedelai demi memenuhi pakan ternak babinya.

Akibatnya pasokan untuk negara lain menjadi sedikit dan memicu lonjakan harga. 

Lonjakan harga kedelai ini menekan produksi tahu-tempe, sehingga pengrajin tahu tempe mogok produksi mulai Senin (21/2), dampaknya bisa pada pasokan tahu tempe minim di pasar dan konsumen.

Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengungkapkan bahwa pengrajin tahu dan tempe di Indonesia masih mengandalkan kedelai impor, utamanya dari Amerika Serikat.

"Indonesia membeli kedelai untuk food atau konsumsi. Sedangkan China beli semua grade 1,2,3 dan 4 baik yang bagus maupun jelek, karena dibikin untuk ternak, susu, based oil dan lain-lain. Sehingga petani AS lebih suka jualan ke China karena produk kedelai habis," sebutnya media beberapa waktu lalu.

Sebagai perbandingan, kebutuhan kedelai Indonesia hanya berkisar 3 juta ton per tahun. 

Sedangkan China membutuhkan kedelai hingga 30x lipat lebih, yakni hampir 100 juta ton saat ini, jumlah tersebut berasal untuk grade tertinggi hingga terendah.

"Tata niaga kedelai yakni sistem perdagangan sesuai WTO, sistem perdagangan bebas. Produsen kedelai tertinggi di AS, Brazil dan Argentina, rata-rata selama ini seimbang produksinya supply-demand," ujar Aip.

Saat ini kondisinya berbeda, ketika China memesan lebih banyak kedelai, maka harga kedelai dunia sangat terkena imbasnya. 

Merujuk pada situs tradingeconomics, harga kedelai berfluktuasi di rentang US$15 per bushel (sekitar 27,21 kg) setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021 di kisaran US$16 per bushel.

China dilaporkan melakukan reformasi peternakan babi setelah hancur akibat wabah demam babi Afrika di kisaran pertengahan tahun 2018 dan meluas di seluruh China di tahun 2019. 

Wabah itu bahkan menyerang peternakan babi di dalam negeri.

Perombakan itu diperkirakan membutuhkan banyak pasokan kedelai, salah satu bahan baku pakan ternak.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan memperkirakan, pada tahun lalu pihak memperkirakan produksi kedelai di Argentina dan Brasil akan meningkat. 

Namun, proyeksi itu diperkirakan akan meleset.

"Nah begitu reformasi peternakan babi dibikin, SOP yang bagus maka butuh kedelai banyak untuk pakan babi. Sehingga, China ini memborong kedelainya," kata Oke Nurwan.C - Net

Baca Juga

Comments

SERTIFIKAT
Smsi

Widget