Zona Demiliterisasi Korea Kini Berubah Jadi Surga Satwa Liar

Ilustrasi Zona Demiliterisasi Korea - Net

Zona Demiliterisasi Korea Kini Berubah Jadi Surga Satwa Liar

 

SEOUL - Zona demiliterisasi (DMZ) Korea yang membatasi Korea Selatan dan Korea Utara jadi salah satu perbatasan yang dianggap paling mengerikan di dunia. Kawasan itu dipenuhi senjata, ranjau, dan sederet penangkal agar tak ada warga yang menyeberang dengan selamat.

Bentangan sepanjang 257 kilometer itu dibatasi dengan pagar dan ranjau. Sebagian besar hampa dari aktivitas manusia. Namun siapa sangka, keterasingan tersebut secara tidak sengaja mengubah kawasan itu menjadi surga bagi satwa liar.

Baru-baru ini, Google merilis gambar-gambar yang ditangkap melalui Google Street View di kawasan DMZ Korea untuk pertama kalinya. Gambaran itu menampilkan pemandangan sekilas flora dan fauna yang menghuni lahan tak bertuan tersebut.

Gambar-gambar tersebut merupakan bagian dari proyek yang dilakukan bekerja sama dengan beberapa institusi Korea untuk menandai peringatan 70 tahun gencatan senjata Perang Korea.

Proyek ini memungkinkan viewers untuk melakukan tur virtual dengan fungsi Google Street View, menyoroti peninggalan budaya, dan situs warisan di dekat DMZ seperti bangunan yang dilanda perang dan bunker pertahanan.

Namun, gambar yang paling mengejutkan adalah terlihatnya lebih dari 6.100 spesies yang tumbuh subur di kawasan tersebut, mulai dari reptil, burung, hingga tumbuhan. Menurut pantauan Google, 38 persen dari 267 spesies yang terancam punah di Korea hidup di kawasan DMZ.

"Setelah Perang Korea, DMZ hanya memiliki sedikit campur tangan manusia selama lebih dari 70 tahun, dan alam yang rusak pulih dengan sendirinya," tulis Google dalam situsnya.

"Akibatnya, kekosongan itu membangun ekosistem baru yang tidak terlihat di sekitar kota dan telah menjadi suaka bagi satwa liar."

Satwa liar penghuni DMZ termasuk kambing gunung yang terancam punah yang tinggal di pegunungan berbatu, rusa kesturi dengan taring panjang yang hidup di hutan, berang-berang yang berenang di sepanjang sungai, dan elang emas yang terancam punah.

Sebagian besar gambar diambil oleh kamera drone yang dipasang oleh Institut Ekologi Nasional Korea Selatan.

Pada tahun 2019, kamera-kamera ini memotret seekor beruang hitam Asia yang masih muda untuk pertama kalinya dalam 20 tahun. Hal ini membuat para peneliti berbahagia karena mereka telah lama mengkhawatirkan penurunan populasi beruang tersebut yang terancam punah akibat perburuan dan perusakan habitat.

Seung Ho Lee, Presiden Forum DMZ, sebuah kelompok yang berkampanye untuk melindungi warisan ekologi dan budaya di kawasan itu, mengatakan bahwa DMZ juga menjadi oasis bagi burung yang bermigrasi karena kondisi yang memburuk di kedua sisi perbatasan.

Ia mengatakan, penebangan dan banjir telah merusak tanah Korea Utara. Sementara pembangunan kota dan polusi telah memecah-belah habitat di Korea Selatan.

"Kami menyebut wilayah itu sebagai surga yang tidak disengaja," katanya beberapa waktu lalu, melansir CNN.

Gambar-gambar yang ditampilkan Google juga menunjukkan lanskap yang masih asli dan beragam. Pengguna dapat menggunakan Street View untuk menjelajahi dataran tinggi Yongneup, dengan hamparan rumput luas yang dipenuhi tanaman lahan basah, atau Sungai Hantan dengan air pirus mengular di antara dinding granit tinggi.

Selama beberapa dekade, sejumlah pihak di Korea dan internasional telah beramai-ramai menyerukan pentingnya konservasi wilayah DZM. Namun prosesnya tidak mudah, karena membutuhkan kerja sama antara Korea Selatan dengan Korea Utara.BI1 - Net

iconk
Sekwan
SERTIFIKAT
efek

Widget